Senin, 10 Desember 2018

Hoax (2018)


Hoax sejatinya telah diputar di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2012, kemudian melanglang buana ke bermacam-macam pekan raya internasional sepanjang tahun berikutnya. Saat itu judulnya masih Rumah dan Musim Hujan. Enam tahun berselang, akibatnya film ini rilis di bioskop komersil tanah air sesudah berganti judul serta beberapa kru termasuk editor dan penata musik. Perubahan yang tampaknya bertujuan biar filmnya lebih gampang diakses penonton luas. Menurut yang telah menonton versi Rumah dan Musim Hujan (saya belum), Ifa Isfansyah selaku sutradara sekaligus penulis membagi alur menjadi tiga segmen terpisah.

Sementara dalam Hoax gaya narasi interwoven di mana tiap kisah hadir saling bergantian dipakai. Melihat porsi masing-masing karakter, ini keputusan tepat, lantaran kualitas antar segmen kurang berimbang. Ketika pengalaman Adhek (Tara Basro) begitu mencekam, pergolakan Ragil (Vino G Bastian) tampil lemah, miskin eksplorasi, pula tak solutif. Menyatukannya menciptakan ketiga dongeng saling melengkapi, menyokong satu sama lain, meski menjadikan permasalahan gres terkait lompatan tone. Tujuan awal Ifa memang merangkai tiga dongeng dengan warna dan genre berbeda.
Hoax dibuka oleh keceriaan buka puasa sekeluarga berkat permainan yang Bapak (Landung Simatupang) bawa dari Korea. Ifa sendiri pernah bersekolah film di Korea. Seusai buka bersama gres kita dihadapkan pada diam-diam para tokoh. Ragil yang tinggal bersama Bapak menyimpan fakta di balik kealiman yang mengungguli sang bapak yang menganut kejawen. Bapak menonton televisi, Ragil sudah siap berangkat solat. Bapak bermain wayang, Ragil membaca Al Qur’an. Kakaknya, Raga (Tora Sudiro), gemar berganti pacar dan kali ini giliran Sukma (Aulia Sarah) yang dibawa. Persoalan cinta pelik pun telah menanti. Sedangkan Adhek yang tinggal bersama Ibu (Jajang C Noer) mengalami kejadian mistis sesampainya di rumah.

“Siapa yang Bohong?”. Demikian tagline film ini. Pertanyaan yang kita sendiri kerap lontarkan di tengah maraknya hoax bertebaran. Ambiguitas informasi mengenai ilmu pengetahuan, informasi sosial, seksualitas, hingga agama ditampilkan Ifa, menciptakan Hoax terasa relevan bagi kondisi sekarang. Sayang, aneka macam duduk kasus di atas belum cukup mencengkeram, terpampang kolam sampul semata tanpa mengindahkan dilema batin maupun tabrakan sosial, khususnya terkait Ragil yang permasalahannya terkesan disederhanakan. Sebagai bingkai kondisi masyarakat Indonesia, Hoax cuma bermain di permukaan, tetapi sebagai penjaga tensi, penelusuran akan diam-diam para tokohnya bisa menjaga dinamika.  
Mengambil alih penyuntingan gambar dari Eddie Cahyono dan Greg Arya, Sentot Sahid berpadu dengan penyutradaraan Ifa memainkan intensitas melalui presisi gerak adegan. Banyak momen diakhiri oleh cliffhanger dan kejutan pemancing rasa penasaran. Eksperimen Ifa untuk membedakan pondasi genre tiap segmen pun menghasilkan alur yang acap kali mengecoh ekspektasi. Berbeda dengan Pesantren Impian, di sini Ifa piawai meramu atmosfer menegangkan melalui permainan tempo serta bahasa visual. Sebuah adegan yang memperlihatkan Ibu sedang solat menjadi puncak intensitas Hoax. Tentu ini tak terlepas dari akting Jajang C Noer. Gestur dan cara bicaranya mengundang kengerian di tengah rumah temaram tatkala identitas jadi hal yang dipertanyakan dan kebenaran nyaris tidak mungkin dipastikan. 

Pemain lain berakting solid sesuai porsi. Khusus untuk Tora, ia mengingatkan kita akan kapasitasnya yang tak terbatas sebagai komedian, pula bisa menjalani lakon serius. Jadi siapa yang bohong? Untungnya Hoax tidak mencoba menjawab gamblang pertanyaan itu, lantaran misteri terbaik yaitu yang tidak seutuhnya terungkap. Demikian juga soal situasi sampaumur ini, bukankah makin sulit menebak siapa penyebar kebohongan, siapa pembawa kebenaran? Ifa menentukan setia terhadap realita tersebut demi menjaga relevansi karyanya di samping sebagai drama-thriller yang hadir menegangkan secara konsisten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The History of How to Get Bit Coin Refuted

The History of How to Get Bit Coin Refuted - For Limit, you are just setting a purchasing order or bidding the sum of Bitcoin you wish to b...