Beberapa respon negatif kritikus atau penonton umum untuk film ketujuh Alexander Payne (The Descendants, Sideways) ini dominan bermuara pada kesimpulan bahwa terlampau banyak gagasan coba dirangkum sehingga gagal mengenai sasaran. Mereka ingin filmnya meninggalkan efek signifikan, menggerakkan hati, atau mungkin berpartisipasi terhadap dunia yang lebih baik. Seperti impian besar Paul Safranek (Matt Damon) memberi donasi menyelamatkan lingkungan beserta umat insan di dalamnya. Sayangnya, ia tidak kunjung mencicipi kebahagiaan.
Terhimpit perkara keuangan, Paul mengajak sang istri, Audrey (Kristen Wiig) mengikuti aktivitas Downsizing alias mengecilkan badan demi memperbaiki kehidupan (1 dollar dunia normal sanggup bernilai 1000 kali di dunia mini) sekaligus turut serta menuntaskan perkara overpopulasi. Setidaknya demikian isi pikiran Paul dan para ilmuwan di balik terciptanya teknologi tersebut. Segera, mereka menemukan betapa yang perlu diperbaiki bukan cuma infrastruktur, pula insan itu sendiri.
Orang yang hanya memikirkan diri sendiri dan saling melukai hati mendominasi Downsizing. Paul terpukul ketika tahu Audrey membatalkan niat mengecilkan badan di detik terakhir. Payne telah menyiratkan itu kepada penonton semenjak adegan wawancara. Paul tampak yakin, sementara dari tatapan matanya pun, Audrey terlihat diselimuti rasa ragu (Wiig menjual keraguan itu dengan baik). Kita menyadari itu, tetapi Paul tidak. Audrey bersalah mendadak membatalkan rencana hanya alasannya yaitu alis dan rambutnya dipangkas habis, namun Paul yang gagal memahami kegundahan istrinya pun sama saja.
Paul layaknya aktivits yang berkoar-koar soal bermacam-macam gosip tapi tak lebih dari sosok egois yang memaksakan kemauannya. Tapi Paul sulit bahagia. Kemudian ia bertemu Dušan Mirković (Christoph Waltz), penggila pesta yang terang-terangan menyatakan mengikuti aktivitas Downsizing demi kepentingan bisnis. Dušan senantiasa senang di tengah kejujuran soal ketidakpeduliannya. Sampai Ngoc Lan Tran (Hong Chau), pencetus asal Vietnam yang dipaksa mengecilkan tubuhnya hadir. Di mata Payne, Ngoc Lan yaitu sosok ideal. Bekerja sebagai petugas kebersihan, Ngoc Lan dibayar dengan kuliner sisa atau obat-obatan yang ia berikan pada mereka yang membutuhkan. Dia melaksanakan hal dengan efek nyata.
Hong Chau luar biasa memerankan Ngoc Lan. Ketika lisan eksentrik Waltz dan wajah kebingungan Damon “sekedar” jadi pondasi komedi, Hong Chau juga mengemban beban mengangkat porsi dramatik. Dia lucu dan berenergi. Memakai Bahasa Inggris beraksen, Hong Chau bicara semaunya, mengatrol daya tarik film tiap kali ia terlibat di layar. Memasuki paruh akhir, sempat ditampilkannya sensitivitas dalam sebuah monolog yang oleh Payne ditangkap memakai close up tanpa putus sehingga kekuatan emosi sang aktris terpampang jelas. Monolog yang semestinya menyegel posisinya selaku peraih nominasi Oscar.
Payne melemparkan banyak gosip yang sekilas disederhanakan konklusinya alasannya yaitu menekankan pada “kita harus berbuat baik”. Tapi bukankah itu akar dari segala kemajuan? Kebaikan dan kebahagiaan. Itulah mengapa ketimbang menggali lebih jauh kerumitan-kerumitan konsep tingginya, Payne mengajak penonton untuk tertawa lewat komedi visual yang diisi keanehan-keanehan, dari kepala dan alis botak Matt Damon sampai tubuh-tubuh kecil telanjang yang diambil kolam makanan. Sang sutradara sekaligus penulis naskah hanya sering terlalu santai, berujung menghasilkan sederet momen yang mestinya sanggup diakhiri beberapa menit lebih cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar