5 Deadly Angels. Begitu judul internasional untuk 5 Cewek Jagoan (1980) karya Danu Umbara. Tentu para protagonis 5 Cowok Jagoan buatan Anggy Umbara, putera Danu, kurang pas disebut "Deadly", lantaran daripada membantai lawan, mereka lebih banyak memamerkan kekonyolan. Bahkan Reva (Cornelio Sunny) yang hebat mengayunkan katana bukan laki-laki berperilaku normal. Dia kolam sufi cinta hening yang tersenyum bijak menyikapi semua hal, tapi berkembang menjadi parodi tokoh anime tiap kepalanya terbentur, lengkap dengan rambut lancip dan logat Jepang dengan artikulasi kacau.
Kelima pendekar kita absurd luar dalam. Dedi (Dwi Sasono) yang berkepala botak tanggung, berperut gendut yakni pelupa akut yang melupakan ulang tahun istri dan anaknya. Danu (Arifin Putra) merupakan dukun palsu dengan alis menyatu. Lilo (Muhadkly Acho) si anak mama gemar ber-cosplay tidak pada tempatnya. Sementara Yanto (Ario Bayu), selain berambut kribo rupanya seorang pemimpi di siang bolong. Berkata punya pekerjaan mentereng padahal cuma cleaning service, kemudian mengaku berpacaran dengan Dewi (Tika Bravani), rekan sekantor yang bahkan jarang ia ajak berinteraksi. Tapi hubungan Yanto-Dewi lah pencetus alur film ini.
Dewi diculik oleh sindikat misterius. Demi menyelamatkan sang pujaan hati, Yanto menagih kesepakatan keempat sahabat masa kecilnya. Janji yang bahkan tidak diingat jelas, di mana mereka menyimpan memori berbeda akan masa kemudian itu sesuai kepribadian masing-masing. Kepribadian yang sebatas disusun oleh ciri komedik: Dedi pemalas yang ingin mendapat televisi, Danu mata duitan, Lilo anak manja, Yanto pengkhayal dan penakut, Reva pecinta ketenangan dengan tutur kata bijak. Kepribadian yang semata berfungsi memicu tawa penonton.
Komedi wajib lucu, tapi 5 Cowok Jagoan ditulis oleh Anggy Umbara, Isman HS, Arie Kriting berusaha mati-matian menciptakan penonton tertawa. Memakai visual gags lewat tampilan abstrak tokohnya hingga komedi situasi hasil tingkah laris mereka, Anggy ingin penonton tergelak di semua kesempatan, hingga terkadang terasa berlebihan. Tidak berhenti di situ, kita juga diberi tahu kapan mesti tertawa melalui iringan dampak bunyi yang sudah lewat masa keemasannya selaku komplemen komedi. Anggy memerah habis-habisan potensi humornya, menghasilkan inkonsistensi. Kerap gagal, tapi sekalinya berhasil, sulit menahan ledakan tawa.
Apalagi setiap Cornelio Sunny bicara layaknya tokoh-tokoh dalam Crows Zero. Beberapa waktu lalu, saya menyaksikannya tampil depresif kemudian bercinta dengan jeep di Mobil Bekas buatan Ismail Basbeth. Serupa Abimana di Warkop DKI Reborn atau Reza Rahadian di My Stupid Boss, melihat bintang film "dramatik" mencoba tugas konyol (dan sukses) selalu menyenangkan. Begitu pula Ario Bayu dengan cara menodongkan pistol yang tak ubahnya James Bond kehilangan kewarasan atau Ganindra Bimo dengan bebeknya. Itulah sebab, walau totalitas Dwi Sasono kembali menghibur, kedua nama tadi lebih mencuri perhatian.
Penampilan berkesan lain berasal dari Nirina Zubir. Berbeda dengan para pria, Nirina sebagai Debby tampil serius, mengundang decak kagum dikala secara meyakinkan menangani porsi laga. Bersama Tika (dan tiga aktris lain yang diungkap di penghujung film), Nirina membangun jembatan menuju remake 5 Cewek Jagoan, yang tampaknya bakal fokus pada aksi, menekan kadar komedi. Menjanjikan, mengingat kapasitas Anggy merangkai adu penuh gaya, menyerupai tampak dalam 3 (Alif, Lam, Mim), lebih mumpuni ketimbang komedi. 5 Cowok Jagoan sendiri tidak jauh beda, asyik berkat dosis gaya plus pemakaian CGI secukupnya, termasuk dalam mengemas para zombie memasuki paruh kedua. 5 Cowok Jagoan: Rise of the Zombies mungkin tak mulus mengalir, tapi saya tak ingin hiburan ini cepat berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar