Sekembalinya dari hiatus, Steven Soderbergh menyuguhkan antitesis dari film terlaris sepanjang karirnya, Ocean's Eleven. Masih perihal perampokan, hanya tanpa kemewahan, teknologi canggih, maupun keeleganan. Daripada ekspertis, karakternya merupakan sekumpulan orang kampung miskin berpakaian lusuh, cenderung bodoh, dengan seorang "ahli teknologi" yang tak dapat membedakan telepon genggam dan rumah, pula bangkit kesiangan di Hari-H. Pun Soderbergh turut mengubah James Bond menjadi kriminal liar. Logan Lucky tampil keren dan mengasyikkan tanpa perlu berusaha keras menjadi keren dan sok asyik.
Dalam naskah buatan Rebecca Blunt nama samaran Jules Asner, istri sang sutradara Channing Tatum memerankan Jimmy Logan yang gres saja dipecat dari pekerjaan konstruksi serta terbentur duduk masalah hak didik dengan mantan istrinya, Jo (Katie Holmes). Terhimpit soal ekonomi, Jimmy berencana merampok brankas di sebuah arena balap NASCAR dengan pertolongan kedua adiknya, Clyde (Adam Driver), bartender yang kehilangan tangannya di Irak juga percaya keluarga Logan dikutuk kesialan tak berujung dan Mellie (Riley Keough) si pegawai salon bermulut pedas. Turut direkrut yakni Joe Bang (Daniel Craig) yang tengah mendekam di penjara sebagai penyedia materi peledak.
Jimmy, selaku otak misi, muncul dengan "10 aturan perampokan" yang terdiri dari "have a plan", "have a back-up plan" hingga "shit happens", menerangkan bahwa ia bukan seorang cerdas, sebagaimana cara filmnya menyusun heist, yang meski didasari perencanaan berlapis, keberhasilannya banyak melibatkan kebetulan dan kebodohan korban. Tapi filmnya memang tak mau berlagak pintar, dibentuk sebagai hiburan semaunya. Jangan lupa, kita sedang menonton film berjudul "Logan Lucky", bukan "Logan Smart" atau "Logan Genius".
Skenario Blunt (atau Asner) lebih rapi dari kelihatannya, mengandung struktur sangat solid dalam mengaitkan bermacam-macam narasi yang berjalan beriringan. Selain sanksi perampokan, ada kembalinya pemmbalap Dayton White (Sebastian Stan), kontes yang diikuti puteri Jimmy, Sadie (Farrah Mackenzie), hingga kekacauan di penjara, yang berujung saling bertautan seiring penyelidikan oleh biro FBI, Sarah Grayson (Hilary Swank). Sesekali, balutan komedi berbasis absurditas situasi dan obrolan ala Coen Brothers (tangan palsu yang terhisap mesin penyedot, obrolan mengenai Game of Thrones yang melewati bukunya) ikut meramaikan suasana.
Pasca tiga tahun absen, rupanya Soderbergh sama sekali belum kehilangan sentuhan, menggerakkan alur dengan semangat bersenang-senang penuh energi sembari tetap memperhatikan ketelitian bernarasi. Filmnya liar namun gampang dicerna, urung tersesat dalam alur serta kejutan berlapis miliknya. Mewakili jiwa Logan Lucky, ketimbang mengikuti template musik heist pada umumnya, iringan lagu-lagu country yang lebih renyah dan "mentah", dengan Take Me Home, Country Roads sebagai jiwa inti pun diterapkan, menghasilkan perbedaan sisi estetika yang istimewa.
Kekuatan Soderbergh dalam hal mengarahkan ensemble cast juga masih terang terpampang, memberi kesempatan bersinar tiap-tiap dari mereka. Tatum dengan aksen Southern-nya, Driver dengan ketertutupan yang canggung, dan Craig selaku pencuri perhatian melalui sisi eksentrik penghilang kekhawatiran bila James Bond membatasi jangkauan perannya. Bahkan peran-peran kecil yang dilakoni Seth MacFarlane dan Hilary Swank pun urung berlalu tanpa kesan. Nama yang disebut terakhir mencuatkan potensi terkait sekuel menarik walau perolehan Box Office rasanya membunuh cita-cita itu. Tapi bagi Soderberg yang merevolusi sinema independen lewat Sex, Lies, and Videotape, berani membuat ulang Solaris-nya Tarkovsky, dan menimbulkan Sasha Grey pemain utama di The Gilrfriend Experience, tak ada kemustahilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar