Minggu, 09 Desember 2018

Haunted Hotel (2017)


Pengalaman menonton paling menyenangkan ialah ketika mendapati sebuah film yang jauh melampaui ekspektasi. Rasanya ibarat menemukan berlian terpendam. Kalimat tersebut bukan aku tujukan bagi Haunted House, walau ibarat apa pun ekspektasi anda pasti akan dimentahkan oleh produksi bersama Cina-Thailand-Malaysia ini. Bahkan film yang dirilis dengan judul Haunted Road 2 di Cina ini sejatinya tak bercerita mengenai hotel berhantu. Tapi itu serpihan twist-nya (oops!). Sebelum hingga ke sana, teror horor formulaik meski kita lewati terlebih dahulu.

Bai Ling (Aom Sushar) dan Wei Jun (Li Chuan) tengah berlibur ke Genting Highland, Malaysia. Selepas menang besar di casino, mereka menginap di Amber Court yang populer sebagai salah satu hotel menyeramkan di Asia. Tidak butuh waktu usang hingga teror menghampiri keduanya, tepatnya semenjak menit pertama tatkala Bai Ling telah melihat bayangan hitam. Berikutnya giliran mimpi jelek bertingkat, pantulan mengerikan di cermin, abjad yang nekat menghampiri sosok misterius meski kita tahu pasti itu ialah hantu, menyusul satu demi satu. Silahkan buat checklist keklisean horor untuk film ini. Pasti semuanya terpenuhi.
Tapi duduk perkara terbesar Haunted House tidak berhenti pada soal keklisean (yang mana sanggup dimaafkan asal efektif). Filmnya bergerak mengikuti pakem, namun sanksi sutradara Ryon Lee ada di bawah standar pakem tersebut.  Jump scare yang mudah mendominasi paruh pertama misanya, dikemas lewat timing seenaknya plus gempuran musik asal berisik tidak pada tempatnya. Kadang terlambat masuk, kadang terlalu cepat, kadang sempurna tetapi dalam volume super kencang yang menyebalkan. Momen paling mengerikan malah terjadi ketika hantu nenek dan cucunya masuk ke lift. Sosok mereka kabur, di luar fokus kamera, pun tanpa iringan musik berlebihan. Atmosferik.
Untunglah Bai Ling dan Wei Jun masih punya nalar sehat. Keduanya menentukan kabur dari hotel. Usaha itu tak berjalan mulus, alasannya ialah telah pasti GPS tidak bekerja, sinyal telepon genggam hilang, dan bensin kendaraan beroda empat habis. Inilah selesai fase pertama. Selanjutnya muncul twist yang membelokkan arah Haunted Hotel, menyuntikkan sedikit daya tarik melalui sentuhan misteri pasca setengah awal perjalanan yang cuma diisi jump scare tanpa plot. Menarik, hingga datang waktunya misteri itu terjawab.

Memasuki babak akhir, tiba-tiba aku teringat pesugihan. Tidak, tidak ada plot sampingan mengenai mencari kekayaan lewat pemujaan makhluk gaib. Pesugihan ialah jalan pintas menimbun harta dengan memanfaatkan cara mistis. Sedangkan di film, aspek mistis (dan gangguan psikis yang memancing halusinasi) juga menjadi jalan pintas guna menampilkan keanehan-keanehan tanpa perlu repot-repot memikirkan klarifikasi masuk akal. Banyak orang gemar menonton horor gotong royong alasannya ialah seru. Haunted Hotel pasti memancing keseruan serupa. Setidaknya anda dan teman-teman akan menertawakan kebodohannya. Tawa yang akan bertahan seusai film, namun makin jauh dari bioskop, tawa itu perlahan jadi senyum miris mengingat uang yang terbuang. Penyesalan memang hadir belakangan. Ya, ibarat pesugihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The History of How to Get Bit Coin Refuted

The History of How to Get Bit Coin Refuted - For Limit, you are just setting a purchasing order or bidding the sum of Bitcoin you wish to b...